Senin, 01 Desember 2008

mutiarapersahabatan

Mutiara Persahabatan


Mendengar kata “Persahabatan” kita langsung mengartikan itu dengan orang yang bisa mengerti tentang keadaan kita; susah dan senang, gagal-berhasil, sahabat diandaikan bisa memahami dan mau mendengarkan curahan hati kita. Sahabat tidak hanya bisa berada disisi kita, tapi dia bisa selalu hadir dalam segala problematika yang sedang kita hadapi. Sahabat diandaikan selalu bisa hadir setiap saat, walau hanya suara. Sahabat tidak harus berlawanan jenis, ataupun orang yang selalu kita kenal. Sahabat bisa saja orang yang berada jauh dari tempat kita berada, jauh dari usia kita, jauh dari tataran social kita, bisa juga jauh dari tingkatan ekonomi kita, bahkan sahabat bisa saja orang yang sangat berbeda adat istiadat, kebudayaan, bahasa, bangsa, warna kulit maupun agama.

Sahabat tidak mengenal data dan status seseorang. Sahabat hadir murni karena kecocokan hati, sahabat murni karena perasaan saling memahami, mengisi, memberi , saling membutuhkan dan perasaan sejiwa. Sejiwa dalam arti pernah merasakan dunia yang sama, kegiatan yang sama walaupun sangat berbeda ruang dan waktu. Hal ini sering dialami oleh kalangan Pramuka, Pecinta Alam dan Social Worker.

Suatu sore, saat hujan turun hampir seharian di kota kecilku Cianjur, aku berkenalan dengan seseorang yang naik angkot jurusan Joglo. Ia membawa ransel besar dengan berbagai macam perbekalan. Saat itu aku mengira dia akan Camping atau mengadakan pendakian. Hujan yang masih turun membuat ransel basah.
Aku duduk di bagian depan samping sopir. Namun tatkala aku mulai mengetahui maksud kedatangannya dikotaku, segera aku berkenalan dan kita saling ngobrol. Dia ternyata aktif di Pramuka Dan kegiaatan sosial sehingga aku merasa segera akrab dengannya. Namanya Purnomo, dia datang dari Jogja dan akan bergabung sebagai relawan di desa Cibokor, kec. Cibeber Kab. Cianjur. Sejak beberapa hari lalu daerah ini menjadi sangat dikenal dimana-mana, sebab desa yang berada di dataran tinggi ini terjadi longsor dan mengakibatkan beberapa orang meninggal, beberapa masih dinyatakan hilang, dan ribuan jiwa mengungsi disekolah-sekolah yang dirasa aman dari bahaya longsor susulan. Banyak media baik cetak maupun elektronik mengangkat musibah ini dalam Head Line News. Serta merta musibah ini tersiar dimana-mana.Musibah Cinajur ini menjadi pemicaraan dimana-mana. Banyak bantuan mulai berdatangan, baik dari kalangan pemerintah maupun swasta. Mereka punya satu tujuan; meringankan penderitaan Saudara kita yang sedang tertimpa musibah.

Sungguh, mengharukan sekali. Aku bangga menjadi bagian warga bangsa ini. Dari segala hingar bingar situasi Politik dan ekonomi negeri ini yang sedang terguncang akibat krisis global, ternyata masih ada secercah harapan indah tentang semangat kebersamaan dan persaudaraan. Yah, buktinya sampai dengan hari ini bantuan telah mengalir dari berbagai pihak, termasuk dari sekolahku, SMU N I Cianjur.
Tak terasa aku berbagai cerita dengan mas Pur soal bencana tadi, tiba-tiba aku tersadar, angkot sudah sampai di depan kostku, kawasan Joglo. Sedianya mas Pur malam itu akan segara melanjutkan perjalanan menuju cibikor. Jam di hp-ku sudah menunjukkan pukul 19.20. Wib. Dalam bayanganku tak mungkin masih ada angkutan menuju lokasi. Aku memberi penjelasan agar mas Pur mengurungkan melanjutkan perjalanan malam ini dengan berbagai argumen yang aku utarakan. Hujan masih turun rintik-rintik saat itu, sejenak kemudian ia mengiyakan dan menerima tawaranku bermalam di kostku.

Malam terasa cepat berlalu, aku merasakan seolah aku telah mengenal orang ini sejak lama. Padahal, kenyataan baru sore ini aku bertemu dengan tidak sengaja di sebuah angkutan umum. Dalam hati aku bersyukur menjadi Pramuka, aku mulai merasakan ada Mutiara terpendam dalam jiwa Pramuka, walau perbedaan usia sangat jauh, tapi tidak menjadi masalah.

Dasa Dharma dan Tri Satya ternyata telah mengikat setiap jiwa untuk hadir sebagai saudara, sahabat dan kawan. Buktinya aku bisa banyak bertukar pikiran dengannya.
Aku bersyukur pada Allah atas segala nikmat yang selalu diberikan padaku. Tentang bagaimana memaknai hidup sejak usia Sekolah Dasar hingga saat ini. Hal terpenting yang sangat aku syukuri, bahwa aku diberi hati untuk mengerti arti kehidupan. Benar kata-kata Ebiet G ade dalam syairnya, “ …kita musti telanjang dan benar-benar bersih…suci lahir dan di dalam batin… tengoklah kedalam sebelum bicara….” Atau pada bagian lain “..Mungkih ditanah terjadi bencana… Barang kali disana ada jawabnya…” Syair yang penuh permenungan, membuatku ingin selalu menjaga hatiku agar tetap mengerti arti kehidupan.
Paginya aku mengantar mas Pur kelokasi, Sebelumnya aku berpesan pada Siti sahabatku bahwa aku ke lokasi, kebetulan jam pertama dan kedua kosong, lalu siangnya akau bersama Tedy,Adi,Soka,ari,gilang,Jimmy,aditya, dan beberapa teman lain yang menggunakan mobil meluncur kelokasi dengan membawa bantuan yang telah dikimpulkan di sekolah.Jarak sekitar atu jam perjalan, terasa begitu dekat oleh niat kami yang tulus untuk berbagi. Kami merasa bersemangat, sebab walau ditengah kesibukan menghadapi ujian akhir SMA, teman-teman masih menyisihkan waktu untu berbagi. Mereka datang untuk menyapa dan memberi kehangatan.

Inilah kaindahan yang selalu muncul, lahir dan terpancar dari setiap insan yang masih punya hati. Sebab disana bertahta Mutiara indah yang menjiwai setiap gerak, langkah dan dinamika sosial generasi bangsanya. Ia selalu terbungkus indah dalam balutan persahabatan dan Silaturahmi.



Satu perahu berlayar ke timur,lainya ke barat,
Padahal di gerakan oleh angin yang sama.
Bukan arah angin yang menentukan ke mana arah perahu,
Tapi bentangan lebar layarlah yang membawa kita,
Seperti angin laut itulah alur kehidupan.
Saat kita mengarungi kehidupan,
Bentangan jiwalah yang menentukan tujuannya,
Dan bukan ketenangan atau
Hiruk pikuknya lingkungan kita.

(ELLA WHEELER WILCOX)



Cianjur,medio nov 08

AHMAD RIZALUDIN YUSUF,

Tidak ada komentar: